Searching...
Sabtu, 07 Desember 2013

Asal Usul Pengertian Mitos Dalam Masyarakat Tionghoa



Tips Dunia Marketing - Kata 'mitos' sering dipakai oleh orang-orang ketika mereka berbicara tentang legenda, dongeng, peristiwa yang tidak bisa dijelaskan, keyakinan akan roh-roh halus dan lain sebagainya. Salah satu contohnya yaitu misteri kematian dan penampakan Michael Jackson yang dikenal dengan sebutan King of Pop. Ini menunjukkan bahwa zaman secanggih apapun masih ada orang-orang yang percaya dengan mitos. Contoh lainnya adalah mitos tentang alien atau UFO. Sampai saat ini tidak ada seorang ilmuwan yang bisa membuktikan keberadaan apakah alien atau UFO itu benar atau tidak. Semua cerita tentang alien berkembang dari pengalaman pribadi seseorang. Semua pengalaman pribadi itu ditafsir sebagai sesuatu yang spektakuler. Tidak heran jika istilah 'mitos' menjadi perdebatan antar para sarjana yang ahli dalam mitologi.

Perdebatan kata dan definisi tentang mitos telah berlangsung kurang lebih 2000 tahun. Perdebatan itu melahirkan banyak definisi tentang apa itu mitos. Ada yang mengatakan bahwa mitos adalah cerita sakral. Ada yang mengatakan bahwa mitos adalah kisah yang menjelaskan asal usul dunia dan eksistensi manusia. Tidak ada yang salah dari semua definisi tersebut. Yang penting adalah mitos merangkum informasi tentang cara berpikir, perasaan, sejarah dan kehidupan sosial manusia pada masa lampau kepada manusia masa sekarang. Satu hal yang pasti, cerita atau takhayul atau dongeng berevolusi menjadi suatu keyakinan dalam sejarah peradaban manusia. Keyakinan terhadap mitos diwujudkan menjadi ritual dan ritual ini lama kelamaan berubah menjadi tradisi dan nilai hidup dalam diri manusia. Itu sebabnya pengaruh mitos dalam peradaban manusia selalu mengambil peran penting sampai saat ini.

Naskah paling awal dari mitos-mitos kuno masyarakat tionghoa sudah berusia 3000 tahun. Cerita-cerita kuno itu ditulis di kulit kerang, tulang, perkakas yang terbuat dari perunggu. Beberapa dekade terakhir, para ilmuwan China menemukan sebuah bejana perunggu yang bernama Suigongxu. Suigong adalah adipati dari negara Sui yang sekarang adalah provinsi Shandong. Xu adalah bejana perunggu yang dipakai sebagai tempat makanan. Bejana perunggu ini diperkirakan dibuat pada abad sembilan atau delapan sebelum Masehi yaitu pada zaman pertengahan dinasti Zhou Barat. Tulisan dalam bejana itu terdiri dari 98 karakter huruf China. Tulisan itu mengisahkan kepahlawanan Yu yang mengatasi bencana air bah. Bejana perunggu itu menunjukkan bahwa mitos Yu, si pengendali banjir, adalah suatu kenyataan dan bukan takhayul.

Jarang sekali mitologi China kuno dikanonisasikan dalam bentuk yang sistematis dan integratif seperti yang terlihat pada mitologi Yunani kuno. Sulitnya kanonisasi mitos-mitos China kuno karena pelbagai cerita tersebut terfragmentasi dan tersebar di pelbagai tulisan para sastrawan. Ada juga mitos yang tidak terlalu dilestarikan oleh suatu negara sehingga cerita tersebut hilang ditelan waktu. Namun ada juga mitos yang dilestarikan menjadi sebuah buku seperti Shanhaijing (kisah tentang Gunung dan Lautan), Chuci (kisah lagu rakyat Zhu) dan Huainanzi. Ketiga kisah ini dianggap oleh para sastrawan China sebagai sumber utama dari mitos China kuno.

Pada zaman modern ini, para filsuf China berdebat tentang definisi dan pengertian mitos. Contohnya, Lu Wei adalah salah satu pionir mitologi kontemporer China saat ini mendefinisikan mitos sebagai kisah-kisah sakral yang diceritakan dalam bentuk narasi dan simbol. Tujuannya adalah agar manusia memahami asal-muasal dunia, dirinya dan kebudayaan. Inilah definisi yang selalu dipakai oleh sebagian besar orang dalam mendefinisikan apa itu mitos. Menurut Lihui Yang dan Deming An, definisi Lu Wei tentang mitos sangat bernuanasa Barat. Mitos masyarakat tionghoa tidak dapat direduksi begitu saja dalam paradigma Barat. Setidaknya ada dua pertimbangan bagi Lihui Yang dan Deming An mengapa definisi mitos seperti itu tidak dapat dikenakan pada masyarakat tionghoa: Pertama, mitos bukan sesuatu yang sifatnya sakral. Dalam penelitian mereka terhadap teks-teks mitologi China kuno, mereka menemukan begitu sulitnya untuk menentukan secara pasti apakah para narator percaya bahwa mitos yang dikisahkannya sungguh-sungguh adalah suatu kenyataan. Dalam survei yang mereka lakukan di provinsi Henan, Hebai dan Gansu, mereka menemukan sikap ambiguitas antara keniscayaan dan ketidakbenaran. Bagi para narator yang mengisahkan kembali mitos tersebut hanyalah dilihat sebagai suatu tradisi atau pun hiburan. Kedua, mitos tidak selalu dikisahkan dalam bentuk puisi atau sajak. Menurut Yang Lihui dan Deming An, mitologi dalam kebanyakan kebudayaan sering dikisahkan dalam bentuk puisi. Lain halnya dengan mitologi China di mana ada beberapa dikisahkan dalam bentuk nyanyian atau pun dalam bentuk syair. Contohnya, bagi masyarakat provinsi Sichuan, Hubei, Henan dan Shaanxi, mitos diekspresikan dan dikisahkan dalam nyanyian pendek maupun nyanyian rakyat. Masyarakat tionghoa mengekspresikan mitos dalam upacara pernikahan, pemakaman ataupun ritual keagamaan. Dengan ini Yang Lihui dan Deming An menyimpulkan bahwa mitos bagi masyarakat tionghoa sangat terkait erat dengan kehidupan keseharian yang sifatnya pragmatis.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Back to top!