Tips Dunia Marketing - Kata 'mitos' sering dipakai oleh orang-orang ketika mereka berbicara tentang legenda, dongeng, peristiwa yang tidak bisa dijelaskan, keyakinan akan roh-roh halus dan lain sebagainya. Salah satu contohnya yaitu misteri kematian dan penampakan Michael Jackson yang dikenal dengan sebutan King of Pop. Ini menunjukkan bahwa zaman secanggih apapun masih ada orang-orang yang percaya dengan mitos. Contoh lainnya adalah mitos tentang alien atau UFO. Sampai saat ini tidak ada seorang ilmuwan yang bisa membuktikan keberadaan apakah alien atau UFO itu benar atau tidak. Semua cerita tentang alien berkembang dari pengalaman pribadi seseorang. Semua pengalaman pribadi itu ditafsir sebagai sesuatu yang spektakuler. Tidak heran jika istilah 'mitos' menjadi perdebatan antar para sarjana yang ahli dalam mitologi.
Perdebatan
kata dan definisi tentang mitos telah berlangsung kurang lebih 2000 tahun.
Perdebatan itu melahirkan banyak definisi tentang apa itu mitos. Ada yang
mengatakan bahwa mitos adalah cerita sakral. Ada yang mengatakan bahwa mitos
adalah kisah yang menjelaskan asal usul dunia dan eksistensi manusia. Tidak ada
yang salah dari semua definisi tersebut. Yang penting adalah mitos merangkum
informasi tentang cara berpikir, perasaan, sejarah dan kehidupan sosial manusia
pada masa lampau kepada manusia masa sekarang. Satu hal yang pasti, cerita atau
takhayul atau dongeng berevolusi menjadi suatu keyakinan dalam sejarah
peradaban manusia. Keyakinan terhadap mitos diwujudkan menjadi ritual dan
ritual ini lama kelamaan berubah menjadi tradisi dan nilai hidup dalam diri
manusia. Itu sebabnya pengaruh mitos dalam peradaban manusia selalu mengambil
peran penting sampai saat ini.
Naskah
paling awal dari mitos-mitos kuno masyarakat tionghoa sudah berusia 3000 tahun.
Cerita-cerita kuno itu ditulis di kulit kerang, tulang, perkakas yang terbuat
dari perunggu. Beberapa dekade terakhir, para ilmuwan China menemukan sebuah
bejana perunggu yang bernama Suigongxu. Suigong adalah adipati dari negara Sui
yang sekarang adalah provinsi Shandong. Xu adalah bejana perunggu yang dipakai
sebagai tempat makanan. Bejana perunggu ini diperkirakan dibuat pada abad
sembilan atau delapan sebelum Masehi yaitu pada zaman pertengahan dinasti Zhou
Barat. Tulisan dalam bejana itu terdiri dari 98 karakter huruf China. Tulisan
itu mengisahkan kepahlawanan Yu yang mengatasi bencana air bah. Bejana perunggu
itu menunjukkan bahwa mitos Yu, si pengendali banjir, adalah suatu kenyataan
dan bukan takhayul.
Jarang
sekali mitologi China kuno dikanonisasikan dalam bentuk yang sistematis dan
integratif seperti yang terlihat pada mitologi Yunani kuno. Sulitnya kanonisasi
mitos-mitos China kuno karena pelbagai cerita tersebut terfragmentasi dan
tersebar di pelbagai tulisan para sastrawan. Ada juga mitos yang tidak terlalu
dilestarikan oleh suatu negara sehingga cerita tersebut hilang ditelan waktu.
Namun ada juga mitos yang dilestarikan menjadi sebuah buku seperti Shanhaijing
(kisah tentang Gunung dan Lautan), Chuci (kisah lagu rakyat Zhu) dan Huainanzi.
Ketiga kisah ini dianggap oleh para sastrawan China sebagai sumber utama dari
mitos China kuno.
Pada
zaman modern ini, para filsuf China berdebat tentang definisi dan pengertian
mitos. Contohnya, Lu Wei adalah salah satu pionir mitologi kontemporer China
saat ini mendefinisikan mitos sebagai kisah-kisah sakral yang diceritakan dalam
bentuk narasi dan simbol. Tujuannya adalah agar manusia memahami asal-muasal
dunia, dirinya dan kebudayaan. Inilah definisi yang selalu dipakai oleh
sebagian besar orang dalam mendefinisikan apa itu mitos. Menurut Lihui Yang dan
Deming An, definisi Lu Wei tentang mitos sangat bernuanasa Barat. Mitos
masyarakat tionghoa tidak dapat direduksi begitu saja dalam paradigma Barat.
Setidaknya ada dua pertimbangan bagi Lihui Yang dan Deming An mengapa definisi
mitos seperti itu tidak dapat dikenakan pada masyarakat tionghoa: Pertama,
mitos bukan sesuatu yang sifatnya sakral. Dalam penelitian mereka terhadap
teks-teks mitologi China kuno, mereka menemukan begitu sulitnya untuk
menentukan secara pasti apakah para narator percaya bahwa mitos yang
dikisahkannya sungguh-sungguh adalah suatu kenyataan. Dalam survei yang mereka
lakukan di provinsi Henan, Hebai dan Gansu, mereka menemukan sikap ambiguitas
antara keniscayaan dan ketidakbenaran. Bagi para narator yang mengisahkan
kembali mitos tersebut hanyalah dilihat sebagai suatu tradisi atau pun hiburan.
Kedua, mitos tidak selalu dikisahkan dalam bentuk puisi atau sajak. Menurut
Yang Lihui dan Deming An, mitologi dalam kebanyakan kebudayaan sering
dikisahkan dalam bentuk puisi. Lain halnya dengan mitologi China di mana ada
beberapa dikisahkan dalam bentuk nyanyian atau pun dalam bentuk syair.
Contohnya, bagi masyarakat provinsi Sichuan, Hubei, Henan dan Shaanxi, mitos
diekspresikan dan dikisahkan dalam nyanyian pendek maupun nyanyian rakyat.
Masyarakat tionghoa mengekspresikan mitos dalam upacara pernikahan, pemakaman
ataupun ritual keagamaan. Dengan ini Yang Lihui dan Deming An menyimpulkan
bahwa mitos bagi masyarakat tionghoa sangat terkait erat dengan kehidupan
keseharian yang sifatnya pragmatis.
0 komentar:
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.